“Merawat Warisan Budaya Melayu Riau”
Bertempat di Ruang Meeting SMK Negeri 2 Pekanbaru, pada Rabu 19 Februari 2020, tepat pada pukul 08.30 WIB kegiatan Dialog Budaya Melayu 2020 mengudara pada frekwensi 102.6 FM Radio El-Jhon yang sehari-harinya bersiaran dari kawasan Mall SKA Pekanbaru. Lantunan Do’a yang di munajatkan oleh Bpk Naman Damik,S.Pd.I, salah seorang guru Agama Islam di SMK negeri 2 Pekanbaru yang bermohon untuk kelancaran dan keberkahan kegiatan yang bertema “Merawat Warisan Budaya Melayu Riau” berlangsung dengan khidmad dan penuh dengan kekhusukan.
Bait Pantun yang disampaikan oleh protocol Ibu Werni, S.T, seolah menambahkan kekentalan acara yang bernuansa Melayu tersebut. Kegiatan ini dihadiri dan diisi oleh Sekretaris Umum Lembaga Adat Melayu Riau yaitu Datok Muhammad Nasir Penyalai yang mengawali kegiatan dengan Bait Pantun, sekaligus sebagai pemateri utama pada acara ini. Di samping itu hadir juga yang mewakili kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Bpk. Tengku Arifin, S.E., selaku Kepala Seksi Bidang Diplomasi Budaya, Guru BMR dan Senbud serta siswa-siswa SMK Negeri 2 Pekanbaru, totalnya mencapai 100 orang. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala SMK Negeri 2 Pekanbaru Bp. Peri Daswandi, S.Pd., M.Pd juga dengan beberapa bait Pantun yang menujukkan khas bahwa Riau adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.
Video Klip lagu Lancang Kuning, yang didendangkan oleh Generasi Millenial Budak Bengkalis di sebuah sekolah, Artis Lokal Riau oleh Bujang Tanjak dan Cik Inong, artis nasional Edy Silitonga sampai terakhir didendangkan oleh Artis Asal negara tetangga yaitu Malaysia Ahmad Jais yang notabene membuat beliau terkenal, menurut Datok M. Nasir Penyalai, ini suatu bukti bahwa Lancang Kuning menfilosofikan masyarakat Melayu atau masyarakat Riau mudah membaur kepada berbagai kalangan dan lintas generasi. Sejarah Lancang Kuning dan keberadaan Melayu di muka bumi ini juga banyak disinggung oleh pemateri, bahwa Melayu sudah mendiami bumi ini sejak 10.000 s/d 14.000 Sebelum Masihi, ungkapan ini melalui bukti prasti sejarah yang dijumpai Kapak Tetak dari batu pada jaman pleistosen di daerah aliran Sungai Sengingi Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Agustus tahun 2009 silam. Di samping itu keberadaan Candi Muara Takus juga menjadi saksi bahwa Riau pernah menjadi pusat kerajaan Hindu Sriwijaya kuno, yang secara tak langsung menggambarkan bahwa Melayu pernah jaya pada masa itu.
Melalui lagu Lancang Kuning juga dapat dicermati bagaimana sebenarnya orang Melayu dalam bersikap. Misal pada lirik Lancang Kuning Belayar Malam mempunyai makna bahwa Melayu itu pemberani dan sangat cermat dalam bertindak dalam segala hal, karena jika di laut suasana malam itu angin bertiup tidak terlalu kencang sehingga perahu dapat dikendalikan dengan baik, perahu yang dikemudikan oleh seorang nakhoda menggambarkan bahwa setiap golongan itu pastilah ada yang diangkat sebagai pemimpin, sebagaimana kata pepatah didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, lebat daunnya tempat bernaung, besar pohonnya tempat bersandar, dan akarnya tempat bersila. Begitulah setiap baris lirik lagu lancang kuning itu mempunyai maknanya masing-masing.
Semoga Melayu takkan Hilang di Bumi, dan terus melaju bak perahu Lancang Kuning yang sanggup menghantarkan semua penumpangnya menuju pantai walaupun Badai menghadang, begitu juga Riau akan tetap jaya selagi ada pewaris-pewaris yang komitmen memilihara budayanya.